Rabu, 21 November 2012

Hamas Diberi Waktu 36 Jam untuk Hentikan Serangan Roket

TEL AVIV - Pemerintah Israel memperingatkan kelompok Hamas untuk menghentikan serangan roket mereka. Israel memberikan waktu 36 jam atau akan melancarkan serangan lebih besar k e Perbatasan Gaza.

"Kondisi saat ini ada di persimpangan jalan. Entah kita bisa tetap tenang atau memperluas operasi, termasuk mengambil keputusan militer yang lebih luas (serangan darat)," ucap Menteri Keuangan Israel Yuval Steinitz, seperti dikutip AFP, Senin (19/11/2012).

Israel turut memberikan syarat agar gencatan senjata disepakati. Mereka mendesak agar Hamas berhenti menembakan roket ke dalam wilayah Israel selama beberapa tahun. Namun tidak dijelaskan jangka waktu yang diminta oleh Negara Yahudi tersebut.

Selain itu, Israel juga meminta agar Hamas tidak lagi menyelundupkan senjata ke wilayah gaza. Syarat-syarat ini adalah bagian dari enam proposal yang diminta oleh Israel dalam negosiasi dengan Hamas di Kairo, Mesir saat ini.

Sebagai tambahan, Israel juga diperbolehkan untuk memburu kelompok yang melakukan serangan roket ke dalam wilayah Gaza. Hal ini bisa dilakukan bila memang mereka mendapatkan informasi mengenai pelaku serangan tersebut.

Namun petinggi Hamas Moussa Abu Marzuk menegaskan, pihaknya tidak akan menerima pembentukan "sabuk keamanan" di wilayah timur Gaza. Sebelumnya Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan pihaknya akan memperluas langkah operasinya.

Hal ini termasuk mengerahkan 75.000 pasukan cadangan. Netanyahu sudah mempersiapkan penambahan tersebut dan membuka kemungkinan dilakukannya serangan darat dari Israel ke Gaza.

Pembicaraan gencatan direncanakan akan dilakukan sepenuhnya di mesir. Perdana Menteri Turki dan Emir Qatar akan berada di Kairo, bersama dengan perwakilan Israel dan perwakilan dari kelompok pejuang Hamas dalam melakukan negosiasi gencatan senjata ini.



Hamas: Gencatan Senjata Adalah Eksperimen Israel!

GAZA - Pejabat senior Hamas Salah al-Bardawil mengatakan, sayap militer Hamas memiliki persenjataan yang sanggup menangkal serangan darat Israel. Hamas pun memandang proses gencatan senjata sebagai sebuah eksperimen dari Israel.

"Musuh kami harus sadar akan fakta bahwa, kami sudah sangat berpengalaman dan kami akan terkejut bila menyaksikan babak selanjutnya dari krisis ini, sama seperti babak awal yang kami hadapi," ujar Bardawil yang menyinggung isu gencatan senjata, seperti dikutip Ynet, Selasa (20/11/2012).

Bardawil turut memandang gencatan senjata itu bak balon yang digunakan untuk memprediksikan cuaca. Pemimpin Hamas Khaled Meshal juga menyebut ancaman serangan darat Israel sebagai gertak sambal.

Bersamaan dengan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu langsung menolak usulan gencatan senjata yang diprakarsai Prancis dan Qatar. Netanyahu berpendapat, gencatan senjata itu tidak akan menjadi jaminan akan berhentinya serangan Hamas ke Israel.

"Israel tidak tertarik dengan keterlibatan Prancis dan Qatar karena saya tidak mau merusak mediasi yang dilakukan Mesir," ujar Netanyahu.

Sejauh ini, Presiden Mesir Mohamed Mursi memperingatkan Israel bahwa, serangan darat akan memunculkan konsekuensi negatif. Meshal pun menegaskan kembali, siapapun yang memulai perang ini, perang harus segera dihentikan. Meshal dan Pimpinan Jihad Islam Ramadan Abdullah Shalah pun siap bertemu untuk menyepakati gencatan senjata.

Desakan gencatan senjata juga muncul dari Sekretaris Jendral Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki Moon, menjelang kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton ke Timur Tengah. Ban dan Clinton akan mengunjungi Israel guna mendukung proses gencatan senjata, namun mereka tidak mengunjungi Gaza.

Tidak ada komentar: